Kamis, 15 September 2016

Sekilas Mengenai Penyakit Mareks Pada Ayam

Salam hangat buat agan² yg berbahagia. Kali ini saya akan membahas sedikit mengenai Penyakit Mareks. Ini terinspirasi dari artikel sebelumnya yg membahas tentang "Jenis-jenis dan Cara Pemberian Vaksin Pada Ayam Kampung", saya tertarik untuk membahas lebih dalam satu persatu dari jenis vaksin tersebut. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Penyakit Marek adalah suatu penyakit neoplastik dan neuropathic pada unggas terutama ayam. Hal ini disebabkan oleh virus sangat infeksius dari herpesviruscell-associated. Penyakit Marek dapat ditularkan melalui sumber infeksi berasal dari folikel bulu ayam yang terinfeksi dan secara mekanik dapat ditularkan melalui kandang yang terkontaminasi atau petugas kandang.

Penyakit ini biasanya menyerang ayam yang berumur 3 minggu ke atas, tetapi paling sering menyerang ayam yang berumur 10−15 minggu atau 16−20 minggu, walaupun demikian wabah dapat pula terjadi pada ayam berumur 60 minggu.

Di Indonesia Marek telah dikenal sejak tahun 1956 yaitu dengan nama neurolimfomatosis. Meskipun berbagai macam vaksin Marek telah diproduksi dan beredar di pasaran namun kejadian Marek dilaporkan tetap terjadi secara sporadis, baik pada blok ayam yang telah divaksin terhadap Marek maupun pada blok ayam kampung yang dipelihara secara intensif. Penyakit Marek yang disebabkan oleh virusherpes serotipe 1 paling sering menyerang ayam yang berusia muda dan secara eksperimental dapat menginfeksi kalkun, burung puyuh dan itik. Manifestasi penyakit sangat bervariasi karena dalam satu blok ayam dapat terserang oleh satu atau kombinasi dari beberapa galur virus Marek. Virus Marek ditularkan secara (horizontal) langsung maupun tidak langsung melalui sel epitel pada folikel bulu yang mengandung virus dan mengkontaminasi udara, kandang, peralatan dan petugas kandang. Virus ini sangat tahan terhadap lingkungan sehingga dapat bertahan hingga akhir siklus produksi. Selain ditemukan pada folikel bulu, virus juga ditemukan pada darah, mulut, hidung, mukosatrakheadan kloaka, tetapi penularan yang efektif terjadi melalui saluran pernapasan.

Gejala klinis
Ada beberapa versi yang dibuat untuk mengklasifikasi gejala klinis Marek. Marek terbagi atas Marek klasik dan akut. Marek klasik ditandai oleh kerusakan syaraf yang berakibat pada kelumpuhan sehingga ayam dalam posisi satu kaki ditarik ke belakang, satu kaki dijulurkan ke depan. Selain itu, dapat pula terjadi kelumpuhan sayap, tortikolis dan sesak napas. Tumor superfisial secara klinis dapat terlihat pada mata, dasar pial, kulit, jari kaki dan folikel bulu. Marek yang akut adalah Marek yang tidak ditandai dengan gejala klinis seperti di atas dan ayam tiba-tiba mati. Gejala klinis Mareks Disease dapat dibedakan menjadi 4 bentuk, yakni :

  1. Bentuk Neural, bentuk khas adalah jengger pucat, kelumpuhan pada sayap dan kaki. 
     
  2. Bentuk Viceral, dengan tanda khas pada hati, ginjal, testis, ovary, dan limpha menjadi pucat dan hati menjadi 2 – 4 kali lebih besar dari ukuran normal.
  3. Bentuk Ocular, dengan tanda khas terjadinya kebutaanatau iris pada mata yang berwarnakelabu atau seperti mutiara.
  4. Bentuk Skin Form, dengan tanda khas terjadinyatumor di bawah kulit dan otot. 
Selain Marek klasik dan akut menempatkan transient paralysis (kelumpuhan sementara) sebagai gejala klinis yang ketiga dimana ayam tiba-tiba terserang kelumpuhan 1-2 hari lalu ayam sembuh kembali. Kematian akut tersebut sebelumnya ditandai oleh depresi dan ataksia, tetapi jika penyakit menjadi kronis ayam terlihat pucat, anoreksia, dehidrasi, diare, pincang, lumpuh sayap, buta, sesak napas, produksi telur menurun, dan angka konversi pakan menurun.

Secara klinis Marek terbagi atas tiga kelompok : Marek Klasik sesuai dengan yang digambarkan oleh Marek pada tahun 1907 dengan gejala utama berupa kerusakan syaraf kronis dan pembentukan limfoma. Marek Akut yang bersifat lebih patogen dan mulai mewabah pada tahun 1950 an di berbagai negara yang ditandai dengan limfoma di berbagai organ. Marek Perakut yang bersifat paling patogen dan mulai muncul pada tahun 1980-an sampai sekarang yang ditandai dengan kematian mendadak atauearly mortality syndrome (EMS).

PATOLOGI ANATOMI (PA)
Kelainan pasca mati penyakit Marek yang utama dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni kerusakan syaraf dan pembentukan limfoma. Selain kerusakan syaraf dan pembentukan tumor, Marek dapat pula menimbulkan ateros klerosis pada arteri koronarius, aorta dan cabang-cabangnya, atropi bursa Fabrisius dan timus disertai nekrosis pada limpa.
  1. Kerusakan syaraf. Syaraf dapat membengkak dua hingga tiga kali ukuran normal disertai oedema, hilangnya garis-garis melintang dan warna syaraf menjadi keruh dan kuning keabu-abuan. Kerusakan syaraf tersebut paling sering bersifat unilateral dan dapat menyerang syaraf perifer, pangkal ganglion dan pangkal syaraf spinal. Kerusakan syaraf ini paling mudah dilihat pada syaraf ischiadicus dan brachialis.
  2. Tumor Limfoid. Tumor berupa limfoma dapat terbentuk di berbagai lokasi, misalnya pada folikel bulu pada sayap (disertai lesi pada otot berupa gurat-gurat putih dan kemerahan kulit), mata (iris) dan organ viseral (paru-paru, jantung, proventrikulus, mesenterium, usus, hati, limpa,pankreas, ginjal, kelenjar adrenal, ovarium, bursa Fabrisius dan timus). Secara umum limfoma pada Marek dapat bersifat difus atau nodular, berwarna keabu-abuan, konsistensi padat dan permukaan bidang sayatan halus. Khusus untuk organ hati maka limfoma ini menyebabkan hilangnya pola lobular.
DIAGNOSIS
Kriteria yang harus diperhatikan antara lain :
  1. Sejarah penyakit. Data tentang jenis kelamin, galur ayam, wabah sebelumnya, jenis dan tanggal vaksinasi, angka morbiditas dan mortalitas harus diketahui dengan baik.
  2. Umur ayam. Khusus mengenai umur, penyakit Marek biasanya muncul pada umur 2−5 bulan, tetapi ayam umur 3 minggu pun dapat terserang, demikian pula ayam yang berumur 60 minggu ke atas. Perlu diwaspadai bahwa jika blok ayam petelur terserang Marek meskipun sudah dilakukan vaksinasi maka hal ini menunjukkan bahwa blok terserang oleh virus Marek dari galur yang lebih virulen.
  3. Aspek klinis dan patologis. Gambaran klinis, pasca mati dan histopatologi hendaknya diamati secara seksama, terutama yang menyangkut hal-hal yang spesifik. Uji virologi dan serologi tidak banyak membantu dalam menentukan diagnosis karena Marek bersifat amat menular sehingga hampir dipastikan semua blok sudah terserang walaupun tidak selalu menimbulkan gejala klinis.
CARA PENULARAN
Hewan yang sakit ataupun hewan yang sembuh dari Marek dan menjadi karier akan mengeluarkan virus ke lingkungan. Penyakit Marek menular secara horizontal, tetapi tidak secara vertikal. Penularan penyakit secara horizontal dapat secara langsung maupun tidak langsung secara per inhalasi ke saluran pernafasan. Folikel bulu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang paling produktif dalam perkembangan virus infeksius dan sangat potensil menyebarkan infeksi, meskipun virus Marek dapat berada dalam darah, pada mulut, hidung, mukosa trakhea dan kloaka.

Virus MD ini kemudian mengkontaminasi lingkungan (udara,litter, debu, peralatan kandang, petugas kandang, dan lain-lain). Penularan penyakit dari sumber infeksi potensial (folikel bulu dan debu kandang terkontaminasi virus MD, dan lain-lain) paling efektif terjadi melalui inhalasi ke saluran pernapasan. Penularan penyakit melalui vektor serangga dan koksidia tidak terjadi, kecuali sejenis kumbang (darkling beetles/Alphitobius diaperinus) yang dapat membawa virus secara pasif. Meskipun penyakit Marek tidak selalu berakhir dengan kematian namun sekali ayam terinfeksi maka viremia akan tetap berlangsung sehingga ayam menjadi karier yang berpotensi untuk menyebarkan infeksi.

PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit Marek tidak dapat diobati dengan efektif baik secara individual maupun pada blok secara keseluruhan, namun demikian kejadian penyakit Marek dapat dicegah dengan melakukan berbagai cara, antara lain :
1. Vaksinasi. Sampai saat ini vaksinasi masih dianggap sebagai strategi utama dalam mencegah penyakit Marek. Vaksin Marek dapat berbentuk monovalen atau bivalen,
  • Vaksin Monovalen biasanya berasal dari serotipe 1 yang diatenuasi (misalnya Rispen) atau serotipe 3 (HVT).
  • Vaksin bivalen biasanya berupa gabungan serotipe 3 (HVT) dan serotipe 2 (misalnya SB-1 atau 301B).
Vaksin Marek dapat diberikan dengan cara menginjeksi embrio pada hari ke 18 (in ovo) atau pada saat ayam baru menetas (sub kutan). Oleh karena vaksinasi baru akan memberikan proteksi penuh pada 7-10 hari pasca vaksinasi, maka pengawasan ketat terhadap sanitasi amat dibutuhkan pada masa kritis ini. Jika vaksinasi sudah diberikan tetapi wabah tetap terjadi maka revaksinasi oleh vaksin sejenis percuma untuk dilakukan karena ini pertanda bahwa ayam terserang oleh virus Marek dari jenis yang lebih virulen Hal ini memperlihatkan suatu kegagalan vaksinasi.

Beberapa hal yang dapat mengakibatkan kegagalan program vaksinasi, yaitu :
  • Ayam terinfeksi oleh virus ganassebelum vaksin bekerja sempurna dalam tubuh ayam.
  • Pembentukan respon kekebalan akibat vaksinasi terhambat karena adanya antibodi maternal dalam tubuh ayam.
  • Ketidaksesuaian dalam aplikasi vaksin.
  • Vaksin yang digunakan berasal dari strain yang tidak protektif.
Bila ada ayam yang terserang Marek tidak ada pengobatan dan sebaiknya ayam yang terindikasi haurs dimusnahkan dan bangkainya harus dibakar
2. Resistensi genetik. Mentransfer gen asing dengan cara menyisipkan gen virus Marek pada genom ayam sehingga terjadi superinfeksi antigen protektif virus Marek.
3. Sistem manajemen. Penerapan sistem manajemen yang semata-mata mengutamakan peningkatan produksi ayam dapat mendukung terjadinya mutasi virus Marek. Upaya-upaya mencegah Marek Disease seperti menutup area kandang dengan sistem penyaringan udara, penggunaan ayam specific pathogen free (SPF), desinfeksi kandang setiap kali selesai siklus produksi dan pemanfaatan materi transgenik untuk memblok replikasi virus secarain vivo.

DIFERENSIAL DIAGNOSA
Penyakit lain yang mirip dengan MD adalah Limfoid leukosis (LL). Marek’s disease ditemukan pada ayam muda dan menimbulkan lesi pada saraf perifer. Penyakit ini ditandai oleh adanya sel-sel limfoid yang berbentuk heterogen. Meskipun demikian, Marek dapat juga menimbulkan tumor pada berbagai organ ayam dewasa dan menimbulkan tumor pada bursa fabricius. Penyakit ini ditandai oleh adanya sel-sel tumor tipe blas yang berbentuk seragam. Asumsi yang penting di dalam diagnosis LL adalah terbentuknya tumor pada burca fabricius pada ayam umur >16 minggu. Pada pemeriksaan pasca-mati, MD kerap kali dikelirukan dengan ML (Mieloid leukosis) sehubungan dengan tidak terbentuknya tumor pada bursa fabricius dan adanya tumor pada berbagai organ viseral. Namun, tumor spesifik pada kasus ML, yang tergolong mielositoma pada mukosa laring, trakea, koste, sternum dan kranium akan membedakan penyakit ini dengan MD.

Sekian informasi yg dapat saya bagikan kpd agan² pembaca yg Budiman. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi agan² pembaca untuk mengembangkannya lebih luas lagi.

See you next episodešŸ˜˜. Salam sukses peternakan Indonesia✊.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar